MAKALAH
FISIOLOGI SISTEM GENETALIA FEMININA
Disusun Oleh:
Reni Kartika Dewi (A.102.09.043)
Resti Widyawati (A.102.09.044)
Retri Retnaningtyas (A.102.09.045)
Akademi
Analis Kesehatan Nasional Surakarta
2013/2014
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Fisiologi Sistem Genetalia Feminina”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Fisiologi
di Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Surakarta, Oktober 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Petugas medis yang berkecimpung dalam bidang
kesehatan haruslah mempelajari dan mendalami susunan anatomi dan fisiologi
sistem genetalia feminina. Tidak terkecuali analis juga harus mengetahui agar
tidak terjadi kesalahan prosedur dalam
melakukan pemeriksaan.
Oleh karena itu, agar dapat mengetahui susunan
anatomi dan fisiologi ssitem genetalia feminina, penulis menyusun makalah yang
berjudul “Fisiologi Sistem Genetalia Feminina”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah
“Fisiologi Sistem Genetalia Feminina” yaitu:
1. Terdiri
dari apa sajakah Fisiologi Sistem Genetalia Feminina?
2. Siklus
apa yang terjadi pada wanita?
C. Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk
mengetahui fisiologi sistem genetalia feminina.
2. Untuk
mengetahui siklus yang terjadi pada wanita.
BAB
II
ISI
A.
Anatomi dan Fisiologi Sistem
Reproduksi Wanita
Alat reproduksi wanita berada di bagian tubuh
seorang wanita yang disebut panggul.
Anatomi fisiologi sistem reproduksi
wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang
terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang
terletak di perineum.
Organ eksterna digunakan untuk kopulasi.
Organ interna digunakan untuk ovulasi, tempat fertilitas telur, perpindahan
blastosis dan implantasi serta tumbuh kembangnya janin sampai kelahiran
berlangsung. Organ reproduksi membentuk traktus genetalis yang berkembang setelah
traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah dapat
ditentukan, tetapi sifat-sifat kelamin belum dapat dikenal (Syaifudin,1997).
B.
Pelvis
1. Rongga
Pelvis
Terletak di bawah,berhubungan dengan rongga abdomen, dibentuk oleh os iski
dan os pubis pada sisi samping dan depan, os sakrum dan os koksigis membentuk
batas belakang dan pinggiran pelvis dibentuk oleh promontorium sakrum di
belakang iliopektinal sebelah sisi samping dan depan dari tulang sakrum
(Syaifudin,1997).
2. Pintu Keluar
Pelvis (Pintu Bawah)
Dibatasi oleh os koksigis dibelakang simfisis pubis, di depan lengkung os
pubis,os iski, serta ligamentum yang berjalan dari os iski dan os sakrum
disetiap sisi, pintu keluar ini membentuk lantai pelvis (Syaifudin,1997).
3. Isi Pelvis
Kandung kemih dan dua buah ureter terletak dibelakang simfisis, kolon
sigmoid sebelah kiri fosa iliaka dan rektum terletak di sebelah belakang rongga
mengikuti lengkung sakrum. Kelenjar limfe, serabut saraf fleksus lumbosakralis
untuk anggota gerak bawah cabang pembuluh darah a.iliaka interna dan v.iliaka
interna berada di dalam pelvis (Syaifudin,1997).
C. Organ
Genitalia Feminina Eksterna :
a. Mons veneris / Mons
pubis
Disebut
juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis
terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup
oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia
mayora)
Merupakan
kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm,
lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian
bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1. Bagian
luar
Tertutup oleh rambut
yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
2. Bagian
dalam
Tanpa rambut merupakan
selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia
minora)
Merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia
mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan
fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah
muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan
bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat
ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat
saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan
alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan
kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan
daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium
membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar
penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada
saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan
jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini
berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan
darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan
lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di bawah
orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen.
C. Alat
genitalia wanita bagian dalam
a.
Vagina
Vagina
adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara
luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior
vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina
terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan
saluran muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh
karena itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung)
vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke
dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat
yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel
dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH
4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina
yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi,
alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b.
Uterus
Merupakan
jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan tampak
seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara
kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila
ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus
uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba
fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang,
dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya
uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran
uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3
cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1)
Peritoneum
a)
Meliputi dinding rahim bagian luar
b)
Menutupi bagian luar uterus
c)
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d)
pembuluh darah limfe dan urat saraf
e)
Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2)
Lapisan otot
a) Lapisan luar:
seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
b) Lapisan dalam:
berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c) Lapisan tengah:
terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal anyaman
serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi
pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah
serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim
yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan batas dan
kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut
istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
4) Kedudukan uterus
dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum
yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus
adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo
pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro
uterinum dan ligamentum uterinum.
a)
Ligamentum latum
1. Merupakan
lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas
sampai
ke dinding panggul
2. Ruang
antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan
mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
3. Ligamentum
latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
4. Ligamentum
rotundum (teres uteri)
5. Mulai
sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai labia
mayus
6. Terdiri
dari otot polos dan jaringan ikat
7. Fungsinya
menahan uterus dalam posisi antefleksi
b)
Ligamentum infundibulo pelvikum
1. Terbentang
dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
2. Menggantung
uterus ke dinding panggul
3. Antara
tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
c)
Ligamentum kardinale machenrod
1. Dari
serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
2. Menghalangi
pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
3. Tempat
masuknya pembuluh darah menuju uterus
`d)
Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan
dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
e)
Ligamentum vesika uterinum
1. Dari
uterus menuju ke kandung kemih
2. Merupakan
jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus
saat hamil dan persalinan
5)
Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina
asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan memberikan
cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis
uteri
b) Di bagian atas ada
arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui
ramus tubarius dan ramus ovarika.
6)
Susunan saraf uterus
Kontraksi
otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
pertemuan ligamentum sakro uterinum.
c.
Tuba Fallopi
Tuba
fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak
di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae
internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding
tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan
epitel bersilia.
a.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis
(intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum internum tuba.
2)
Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan
bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis
tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo
tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae tubae.
b. Fungsi tuba fallopi
:
1)
Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2)
Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3)
Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4)
Tempat terjadinya konsepsi.
5)
Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai
bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d.
Ovarium
Ovarium
berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak
: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan
melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Ada
2 bagian dari ovarium yaitu:
1)
Korteks ovarii
a)
Mengandung folikel primordial
b)
Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c)
Terdapat corpus luteum dan albikantes
2)
Medula ovarii
a)
Terdapat pembuluh darah dan limfe
b)
Terdapat serat saraf
e.
Parametrium
Parametrium
adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat
tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan
mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal
berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang
terdapat ligamentum ovarii
D.
Menstruasi
Menstruasi adalah
proses keluarnya darah dari dalam rahim yang
terjadi karena luruhnya lapisan dinding rahim bagian dalam
yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur yang tidak dibuah.
Biasanya,
lamanya menstruasi bisa berbeda-beda, umumnya berkisar antara 3 sampai 10 hari.
Tapi, rata-rata wanita mengalaminya selama 5-7 hari. Tetapi ada juga wanita
yang mengalaminya selama 4 hari hingga 6 hari.
Siklus menstruasi adalah jarak antara satu menstruasi ke
menstruasi berikutnya. Siklus ini biasanya berlangsung kurang lebih 28 hari (antara
21-35 hari).
Pada
siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan
pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari
janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas
menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus
menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya
darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita
dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan
pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche<pertama kali terjadinya
menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur
atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan
kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Gambar
Siklus Hormonal
Pada
setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikelfolikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya
1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1,
dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.
Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang
kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh
releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi
hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari
folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan
dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai
terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan
menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic
hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi,
perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum
tersebut dipertahankan.
Pada
tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa
menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada
dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari
berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir,
dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan
sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa
sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan
dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk
implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus
ovarium :
1. Fase
folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk
proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase
folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi
panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase
luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan
hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
1.
Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada
pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus
sebelumnya.
2.
Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3.
Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat
drastis (respon bifasik)
4.
Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH
yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH,
keluarlah hormon progesteron
5.
Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah
penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke
luteal
6.
Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai
fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus
luteum
7.
Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi
8.
Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum
dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.
Gambar
Siklus Menstruasi Normal
E. Ovulasi
Ovulasi adalah pelepasan telur matang
dari folikel ke tuba falopi. Didalam tuba falopi inilah tempat ovum (telur)
akan dibuahi dalam waktu 12-24 jam sebelum ia hancur. Bila telur dibuahi, ia
harus implantasi (melekat) dengan sukses dalam dinding rahim, yang biasanya
berlangsung 6 – 12 hari setelah ovulasi. Jika tidak dibuahi, telur akan hancur
dan diserap oleh dinding rahim, jaringan akan luruh, lalu terjadilah
menstruasi.
Tanda-tanda yang menentukan waktu
ovulasi adalah peningkatan hormon LH (luteinizing hormone) dan esterogen, peningkatan
suhu basal tubuh (basal body temperature) dan cervical mucus (lendir serviks).
·
Siklus Ovulasi:
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel
primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum
ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh
FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi,
folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai
puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum
berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium
tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
F.
Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita,
yang terjadi di daerah ampulla tuba fallopii. Spermatozoa bergerak
dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur. Pergerakan
naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa
dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi
akrosom (Langman, 1994).
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran
reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu
ini, suatu selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen
dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya
sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami
reaksi akrosom (Langman, 1994).
Reaksi akrasom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida
dan di induksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan
enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin
dan zat-zat serupa tripsin (Langman, 1994).
Fase fertilisasi mencakup fase 3 fase:
1.
Penembusan korona
radiata.
Spermatozoa-spermatozoa yang
mengalami kapasitasi tidak akan sulit untuk menembusnya (Langman, 1994).
2. Penembusan
zona pelusida.
Zona pelusida adalah sebuah
perisai glikoprotein yang mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi
reaksi kromosom. Hanya 1 spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa yang ada
di saluran kelamin yang berhasil menembus zona pelusida. Saat spermatozoa masuk
ke dalam membrane oosit, spermatozoa lain tidak akan bisa masuk lagi karena
aktifasi dari enzim oosit sendiri (Langman, 1994).
3. Fusi oosit dan membran plasma.
Spermatozoa bergerak masuk ke
membrane oosit dan mencapai inti oosit. Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan
oosit masing-masing memiliki 23 kromosom (haploid), selama masa penyatuan
masing-masing pronukleus melakukan sintesis DNA. Segera setelah sintesis DNA,
kromosom tersusun dalam gelendong untuk melakukan pembelahan secara mitosis
yang normal. Dua puluh tiga kromosom dari ibu dan dua puluh tiga kromosom dari
ayah membelah sepanjang sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan
tersebut saling bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel
zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom yang normal (Langman,1994).
G.
Hormon Estrogen dan Progesteron
Kedua hormon ini penting dalam persiapan sistem reproduksi
wanita, untuk menerima telur yang telah dibuahi, juga habitus seorang wanita. Ovarium
merupakan organ yang mengontrol serta menyintesis estrogen dan progesteron
secara siklik.
Progesteron dan estrogen adalah hormon steroid.
Testosteron, progesteron, dan estrogen adalah tiga hormon yang bertanggung
jawab untuk karakteristik seks sekunder. Progesteron dan estrogen mengontrol
karakteristik seks untuk perempuan.
Perbedaan utama antara estrogen dan progesteron
terletak pada struktur kimianya. Selain itu keduanya juga memiliki efek
fisiologis yang bebeda. Estrogen bekerja sama dengan FSH untuk memicu pelepasan
sel telur. Sebaliknya, progesteron berfungsi melakukan kontrol umpan balik
negatif yang mengurangi pelepasan FSH oleh kelenjar pituitari.
0 komentar:
Posting Komentar